Petambak Nila Lamongan Naik Kelas: Telkom University Surabaya Terapkan Teknologi Filtrasi dan Manajemen Pengetahuan di Desa Banteng Putih

Surabaya, Juli 2025 – Mahasiswa dan dosen dari Telkom University Surabaya melaksanakan program pengabdian masyarakat di Desa Banteng Putih, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan. Program ini bertujuan membantu para petambak ikan nila dalam meningkatkan kualitas air tambak melalui penerapan teknologi filtrasi dan pendekatan manajemen pengetahuan (knowledge management). Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam mendorong budidaya perikanan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan menarik bagi generasi muda desa.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung sejak Februari hingga Juni 2025 dan melibatkan kolaborasi lintas disiplin dari Program Studi Digital Bisnis dan Teknik Komputer Telkom University Surabaya, lebih detailnya kegiatan ini digawangi oleh para dosen dan mahasiswa yang terdiri dari Sekar Widyasari Putri, S.A.B., M.Si., Ekasari Oktarina, S.T., M.Eng,N. Azizia Gia Mutiarasari, S.M., M.BA., Dr. Bambang Agus Sumantri, S.I.P., M.M., Afdan Prima Mahardika, Nikita Diva Putr P., Rifaldo,dan Isya’ Syechan. Program ini dirancang sebagai respons terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi petambak lokal, seperti rendahnya kualitas air, tingginya tingkat kematian ikan, minimnya pencatatan teknis, serta kurangnya regenerasi petambak muda.

Melalui pendekatan knowledge management, tim pengabdian memperkenalkan sistem pencatatan logbook harian, pembangunan kolam terpal dengan sistem filtrasi air, penggunaan aerator, serta pemasangan sensor pH, suhu, dan salinitas. Selain itu, dibentuk pula forum komunitas petambak berbasis WhatsApp Group untuk mendorong budaya berbagi pengetahuan dan pengalaman antarpetambak.

“Tujuan utama kami adalah menciptakan ekosistem budidaya ikan nila yang lebih terukur dan berkelanjutan. Dengan dokumentasi pengetahuan dan penerapan teknologi sederhana, kami ingin agar praktik budidaya tidak hanya bergantung pada intuisi, tetapi juga pada data dan pengalaman yang terdokumentasi,” ujar Sekar Widyasari Putri selaku ketua pelaksana.

Sebanyak tujuh anggota tim pengabdian, terdiri dari dosen dan mahasiswa kolaborasi antara prodi bisnis digital dan teknik komputer. Mahasiswa, terlibat langsung dalam pelaksanaan program dan berperan dalam merancang serta menginstalasi sistem filtrasi, sensor monitoring kualitas air, sementara dosen memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petambak.

“Ini pengalaman luar biasa bagi kami. Kami tidak hanya belajar menerapkan teknologi di lapangan, tetapi juga memahami bagaimana teknologi bisa menjawab kebutuhan nyata masyarakat,” ungkap Rifaldo, mahasiswa Teknik Komputer yang terlibat dalam proyek ini.

Kegiatan ini juga melibatkan delapan petambak lokal, baik pemula maupun yang telah berpengalaman lebih dari 30 tahun. Mereka mengikuti pelatihan, menerima logbook, dan mulai menerapkan pencatatan kondisi kolam secara rutin.

Program ini telah memberikan dampak positif yang nyata. Petambak mulai memahami pentingnya pencatatan dan pengukuran kualitas air, serta mulai terbiasa menggunakan teknologi sederhana untuk memantau kondisi kolam. Kolam terpal yang dilengkapi dengan sistem filtrasi dan sensor membantu menurunkan risiko kematian ikan dan meningkatkan hasil panen.

“Dulu saya hanya mengira-ngira kapan harus ganti air atau tambah garam. Sekarang saya bisa lihat dari alatnya. Hasil panen juga lebih bagus,” ujar Pak Suyono, salah satu petambak senior yang mengikuti program.

Lebih dari itu, dokumentasi pengetahuan melalui logbook dan modul budidaya menjadi sarana transfer ilmu bagi generasi muda desa. Dengan adanya forum komunitas, para petambak kini memiliki ruang untuk berdiskusi dan saling belajar, menciptakan budaya kolaboratif yang sebelumnya belum terbentuk.

Program ini juga mendukung pencapaian beberapa poin dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur), serta SDG 14 (Ekosistem Perairan). Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, Desa Banteng Putih diharapkan dapat menjadi model pengembangan tambak berbasis teknologi dan manajemen pengetahuan.

“Ini baru langkah awal. Ke depan, kami ingin mengembangkan sistem pencatatan digital dan memperluas jangkauan program ke desa-desa lain. Komitmen kami adalah menjadikan teknologi sebagai alat pemberdayaan, bukan sekadar inovasi,” tutup Ekasari Oktarina, salah satu dosen pelaksana program dari program studi Teknik Komputer

Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Telkom University Surabaya terus menunjukkan dedikasinya dalam membangun desa-desa cerdas yang mandiri dan berdaya saing. Program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi nyata bagi tantangan lokal.

Penulis: Fujiyama / Foto: Dokumentasi Public Relations