Surabaya, Desember 2025 – Mahasiswa Telkom University Kampus Surabaya kembali menorehkan prestasi nasional setelah berhasil meraih Juara 2 pada ajang Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2025 yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional. Kompetisi tingkat nasional yang fokus pada inovasi teknologi dan media digital pendidikan ini menjadi wadah strategis bagi mahasiswa seluruh Indonesia untuk menghadirkan solusi digital kreatif, relevan, dan berdampak luas.
Tim Telkom University Surabaya yang beranggotakan Stevan Andreas (RPL 24), M. Asthi Seta Ari Yuwana (RPL 23), Siti Nafiatul Fauziah (RPL 23), dan Michael Angello Qadosy Riyadi (IT 23) berhasil menempati posisi kedua dalam kategori Inovasi Teknologi Digital Pendidikan (ITDP). Mereka dibimbing oleh Arni Muarifah Amri, S.T., M.T., dosen Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak.
Pada kompetisi ini, tim TUS menghadirkan sebuah inovasi bertajuk “Platform Media Belajar Interaktif dan Adaptif dengan Penerapan AI untuk Personalisasi dan Peningkatan Literasi Anak Disleksia.”. Platform tersebut dirancang menggunakan teknologi kecerdasan buatan yang mampu menyesuaikan materi berdasarkan kemampuan tiap anak, sehingga membantu proses belajar yang lebih personal dan inklusif.
Dari total 194 tim yang mengikuti seleksi nasional, hanya 20 tim yang berhasil lolos ke babak final. Telkom University menjadi salah satu kampus dengan dua tim yang berhasil mencapai tahap final, masing-masing dari Kampus Bandung (TUB) dan Kampus Surabaya (TUS).
Proses seleksi LIDM dimulai sejak level kampus pada 1–30 Agustus 2025, disusul seleksi fakultas, universitas, dan pendaftaran ke portal Belmawa. Tim TUS mengikuti seluruh tahapan tersebut melalui proses panjang selama empat bulan. Persiapan dimulai dari penyusunan proposal, pencarian mitra studi kasus, wawancara, analisis kebutuhan, serta pembangunan UI dan 30 persen sistem untuk seleksi internal. Setelah lolos seleksi Telkom University, tim melanjutkan pengembangan sistem hingga 100 persen, termasuk membangun dan melatih model AI secara mandiri.
Proses tidak berhenti di tahap final. Tim masih harus menyusun laporan lengkap, memperbaiki desain, merevisi video presentasi, dan melakukan uji coba langsung bersama siswa SLB Bina Mandiri Surabaya sebelum penilaian tahap akhir.
Dosen pembimbing, Arni Muarifah Amri, menyampaikan apresiasi tinggi atas kerja keras mahasiswa, “Tim ini bekerja dengan komitmen luar biasa. Mereka bukan hanya membangun aplikasi, tetapi menghadirkan solusi nyata untuk pendidikan inklusif. Perjalanan panjang, revisi tiada henti, dan kerja teknis AI yang kompleks akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan,” ujarnya.
Sementara itu salah satu anggota tim, Stevan Andreas, menggambarkan perjuangan mereka sebagai proses penuh dinamika dan kebersamaan, “Kami menjalani hampir tiga bulan penuh begadang, revisi yang tidak ada habisnya, sampai diusir satpam karena terlalu malam. Model AI sering gagal, kami bangun ulang sampai tiga kali. Tapi semua proses itu justru bikin tim makin solid. Hasil juara 2 ini adalah buah dari kerja keras dan doa semua pihak,” ungkapnya.
Tim menjalani riset intensif, berdiskusi dengan juara LIDM tahun sebelumnya, melakukan studi literatur, membangun tiga model AI, menyelesaikan desain dan video berkali-kali, hingga menyatukan pendapat melalui proses brainstorming panjang. Seluruh proses dilakukan secara kolaboratif antara mahasiswa lintas prodi, didampingi oleh dosen pembimbing.
Penulis: Fujiyama / Foto: Dokumentasi Public Relations
