Berbagai Model Software Development Life Cycle, Cari Tahu Disini Model yang Terbaik

Surabaya, Oktober 2023 – Sebelum membaca lebih lanjut, kalian sudah membaca artikel “Model-model Software Development Life Cycle (SDLC)” belum? jika sudah, kalian pasti bertanya-tanya bagaimana cara menentukan model yang tepat untuk proses pengembangan software ya? mana yang paling cocok untuk project yang sedang kalian jalankan?

Pemilihan SDLC memiliki peran penting dari proses pengembangan software. Karena jika tidak diatur, maka proses tersebut bisa jadi terhambat dan tidak dapat optimal dalam pengerjaannya. Model atau metode SDLC bisa disebut sebagai prinsip untuk mengatur bagaimana proses pengembangan software bisa menjadi optimal dan maksimal. SDLC juga membutuhkan perkiraan biaya yang tidak bisa di prediksi kecuali dengan pola dan perencanaan. Tidak dapat dibayangkan jika sebuah proyek tidak memiliki perencanaan atau prediksi apapun. Pastinya proyek tersebut akan memiliki hambatan dan kegagalan di beberapa prosesnya atau bahkan gagal total.

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam memilih model terbaik dari semua perbedaan tipe framework SDLC adalah memahami pendekatan apa yang cocok untuk proyek, kebutuhan dan lingkungannya. Jika kalian sedang mengelola proyek yang simple, terus terang, kebutuhannya tidak terlalu banyak dan tidak sering mengalami perubahan, maka pilihlah metode Waterfall. Jika proyek yang sedang kalian hadapi memiliki komponen ganda dan beberapa segmen, berskala besar dan kompleks maka metode Spiral atau metode Iteratif dapat menjadi pilihan yang paling baik.

Tidak ada SDLC ideal secara umum dan mungkin sulit untuk ditemukan karena preferensi daari satu metode ke metode lainnya. Bagaimanapun, untuk memilih yang terbaik haruslah memiliki pemahaman dari semua tipe model SDLC dan dapat mengevaluasi kebutuhan dari para stakeholder.

Rigid Requirements <-> Flexible Requirements

            Seperti yang sudah disebutkan, model dari SDLC dapat menjelaskan bagaimana fleksibilitas kebutuhan yang produk software kalian butuhkan. Model yang memiliki kebutuhan sangat ketat diawal dan tidak menolerir adanya perubahan adalah model Waterfall dan V-Model.

            Model yang cukup ketat tetapi masih menawarkan ruang untuk perubahan adalah RUP, Iteratif dan Scrum. Sisanya, Spiral, EX dan Kanban adalah model yang paling fleksibel, Kanban menjadi model paling fleksibel dari semua model sejak Kanban dapat diselingi banyak perubahan selama masa pengembangan.

One Major Release <-> Continuous Delivery

            Coba pikirkan bagaimana kalian ingin melihat produk kalian tumbuh. Jika kalian ingin melakukan pengembangan produk dengan alur pengembangan keseluruhan dan hasil akhir satu kali rilis untuk finalisasinya, maka pilihan yang tepat untuk kalian adalah Waterfall atau V-model. Tetapi mau bagaimanapun, perlu diperhatikan bahwa 2 model merupakan model paling tepat untuk proyek kecil-kecilan.

            Jika proyek memiliki skala lebih besar, jumlah rilis produk yang hanya satu kali dapat beresiko cukup besar dengan jumlah bug dan error yang bahkan lebih banyak. Hal ini disebabkan jumlah kode yang digunakan oleh developer dan QA Specialist.

            Model lain seperti Iteratif, Scrum, RUP dan Kanban menggunakan rilis dengan set interval / jangka dari mulai 2 minggu hingga 2 bulan sekali. Model-model tersebut merepresentasikan penyaluran iterative, dimana kalian dapat mengerjakan produk lebih awal dalam pengembangan dan dapat melihat evolusinya secara bertahap.

            Dalam kata lain, produk kalian dapat dilakukan secara bertahap dan fitur baru dapat ditambahkan di setiap iterasi, termasuk dari setiap tahapan SDLC. Tiap ada error dalam coding atau inkonsistensi kebutuhan dapat secara tepat terlihat sehingga cepat ditangani dan dperbaiki.

Documentation <-> Communication

            Tingkat keterlibatan kalian dalam proyek dan pendekatan kolaborasi dengan vendor itu merupakan parameter yang penting untuk diperhatikan. Banyak model seperti Spiral, V-Model dan Waterfall menyarakan detail dokumentasi dan komunikasi yang jarang. Sedangkan model Iteratif dan RUP mencoba menyeimbangkan dokumentasi dan komunikasi secara bersamaan.

            Jika kelompok Model Agile seperti Scrum, Kanban dan EX lebih menjurus kepada frekuensi komunikasi yang sering dan menjadi tujuan utama.

Perlu diperhatikan, memilih SDLC yang tepat adalah proses yang akan dialami dengan sendirinya oleh setiap organisasi. Kalian dapat mengimplementasikannya secara internal atau coba konsultasikan. Akan selalu ada tahap untuk mendapatkan pilihan yang tepat.

Singkatnya, cara untuk memilih SDLC yang tepat adalah :

  1. Pelajari lebih dalam terkait model SDLC
  2. Lakukan penilaian kebutuhan untuk setiap stakeholder.
  3. Temukan kriteria
  4. Buat keputusan
  5. Optimalisasi

Temukan Kriteria? Kriteria seperti apa?

  • Apakah SDLCnya cocok untuk ukuran tim dan kemampuan mereka?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk teknologi yang kalian pilih untuk implementasi?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk permasalahan serta prioritas klien dan stakeholder?
  • Apakah SDLCnya cocok dengan situasi geografisnya (penyebaran tim)?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk ukuran dan kompleksitas dari softwarenya sendiri ?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk tipe dari proyek yang dilakukan?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk kapabilitas teknis dari softwarenya ?
  • Apakah SDLCnya cocok untuk resiko proyek dan jaminan kualitasnya terjamin?

Kalian juga dapat cek dalam tabel kriteria dibawah ini untuk penilaian kriteria yang lebih jelas :

Pada intinya, dalam proses pengembangan software atau apapun perlu adanya tingkat pemahaman dan kedalaman dalam berpikir untuk membuat keputusan yang terbaik. Proyek pengembangan software termasuk dalam proses yang dapat dikomunikasikan dan memerlukan adanya Kerjasama tim. Kalian pasti akan menemukan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang ad ajika dilakukan dengan adanya Kerjasama dan komunikasi yang baik.

Selanjutnya, kita akan mengenali lebih dalam terkait langkah pemilihan SDLC yang tepat. Semoga artikel ini dapat membantu kalian.