Surabaya, September 2025 – Di era digital saat ini, kita hidup dalam banjir informasi. Angka, grafik, dan laporan hadir setiap hari, tetapi pertanyaan pentingnya adalah: apakah semua data itu benar-benar dipahami dan memberi dampak?
Di sinilah data storytelling berperan. Ia bukan sekadar seni menghias data, melainkan kemampuan mengubah angka menjadi cerita yang bermakna, visual yang kuat, serta narasi yang mampu memengaruhi cara orang berpikir, bertindak, hingga membuat keputusan.
Bagi mahasiswa, profesional, peneliti, maupun praktisi industri, keterampilan ini menjadi kompetensi penting abad ke-21. Karena di balik setiap angka, selalu ada cerita yang menunggu untuk disampaikan.
Data storytelling adalah proses menyajikan data melalui kombinasi analisis, visualisasi, dan narasi. Tujuannya bukan hanya menampilkan informasi, tetapi membuat data tersebut bisa “berbicara” dan menggerakkan audiens.
Tiga elemen utama data storytelling:
- Data → Fakta dan angka yang akurat.
- Visualisasi → Grafik, diagram, dashboard, atau infografis.
- Narasi → Cerita yang memberi konteks dan makna pada data.
Contoh sederhana: bukan hanya menunjukkan grafik angka kemiskinan, tetapi menuturkan tren, dampaknya pada masyarakat, serta peluang solusi yang bisa dilakukan.
Data storytelling menjadi penting karena mampu menjembatani kesenjangan antara angka mentah dengan pemahaman manusia. Tanpa narasi, data sering membingungkan dan rawan disalahartikan, sementara cerita yang tepat membuatnya lebih relevan, mudah diingat, sekaligus mendorong pengambilan keputusan berbasis fakta.
Dengan visualisasi yang kuat, data tidak hanya menyentuh logika, tetapi juga emosi, sehingga lebih berpengaruh dalam komunikasi. Penerapannya bisa dilihat di berbagai bidang, mulai dari pemerintah yang menampilkan dampak program sosial, perusahaan yang mengolah survei pelanggan menjadi strategi pemasaran, peneliti yang memvisualisasikan hasil riset agar lebih mudah dipahami, hingga mahasiswa yang menyajikan tugas akhir melalui dashboard interaktif. Untuk membangun data storytelling yang efektif, langkah utamanya adalah memahami audiens, menemukan cerita di balik data, memilih visualisasi yang tepat, menyusun narasi yang mengalir dari masalah hingga rekomendasi, serta menyederhanakan bahasa tanpa mengurangi makna dan akurasi informasi.
Tools yang Populer untuk Data Storytelling
- Dashboard & Analisis: Tableau, Power BI, Google Data Studio.
- Visualisasi online: Flourish, Datawrapper.
- Analisis kompleks: Python (Matplotlib, Plotly), R.
- Infografis: Canva, Adobe Illustrator.
Mengapa Mahasiswa Perlu Menguasai Data Storytelling?
- Data ada di mana-mana – semua bidang kini berbasis data, dari bisnis hingga pemerintahan.
- Skill yang dicari industri – komunikasi data adalah nilai tambah besar di dunia kerja, khususnya bagi lulusan Informatika, Data Science, Sistem Informasi, hingga Ilmu Komunikasi.
- Meningkatkan kualitas presentasi – skripsi, proyek, maupun kompetisi akan lebih meyakinkan dengan storytelling yang baik.
- Mampu memengaruhi keputusan – bukan hanya jadi penganalisis, tapi juga pembawa insight yang berdampak.
Data yang besar dan kompleks tidak akan berarti apa-apa jika hanya berhenti sebagai angka. Dengan storytelling, data bisa berubah menjadi makna, dan makna menjadi aksi.
Mahasiswa maupun profesional yang menguasai keterampilan ini akan menjadi penghubung penting antara informasi dan perubahan. Karena di era informasi, bukan hanya siapa yang punya data yang menang, tetapi siapa yang bisa menceritakan data itu dengan baik.
Penulis: Fujiyama / Foto: Dokumentasi Public Relations