Program Studi Tekni Elektro mengadakan kuliah tamu yang dibuka dengan pembahasan renewable energy atau energi terbarukan yang dimulai dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Teknik Elektro Purbandaru Kusuma serta pemateri utama Prof. Dr. -Ing. Hendro Wicaksono dari Jacob University Bremen, Jerman yang membawakan materi utama Sustainable Energy in Indonesia and Germany.
Pembahasan dimulai dari penjelasan perbedaan energi antara di Jerman dengan di Indonesia. Di Indonesia penggunaan energi terbesar yakni di Pulau Jawa dimana konsumsi terbesarnya yakni pada minyak, bioenergi, batubara, listrik dan gas. Sementara di Jerman total energi yang banyak dikonsumsi yakni minyak, listrik, dan yang lainnya.
“Jika berdasarkan sektor konsumsi energi di Indonesia yang paling banyak yakni sector industry dan Gedung sementara di Jerman lebih berimbang dimana industry, transportasi dan perumahan. Jika difokuskan pada industry maka sumber besar di Indonesia yakni batubara sementara di Jerman menggunakan Gas dan listrik. Jika dibandingkan konsumsi energinya maka di tingkat ASEAN berdasarkan industry perkapita Indonesia nomor 5 yakni 8,2% sementara Jerman 7 kali lipat disbanding Indonesia dimana konsumsi energi paling banyak Iceland, Norwegia karena negaranya sangat dingin sehingga membutuhkan energi untuk pemanas.” Jelas Prof. Hendro.
Sumber listrik terbesar di Indonesia adalah batubara sementara di Jerman sumber listrik di tahun 2015 adalah batu bara dan pada tahun 2020 dialihkan pada energi angin. Dilihat dari peta konsumsi sumber energi maka Pulau Jawa paling banyak menggunakan batubara sementara Pulau Sumatera lebih menggunakan minyak dan gas. Energi terbarukan lainnya yang bisa digunakan yakni tenaga surya, hydropower namun challengenya adalah masalah lingkungan karena kebanyakan sungai-sungai yang potensial di kelilingi oleh hutan, energi lainnya yakni bio fuel seperti kelapa sawit, jagung, tebu dan lainnya, selanjutnya energi angin juga bisa dijadikan alternative sumber energi lainnya. Di antara semua sumber energi itu yang paling murah untuk membangun power plan yakni tenaga bioenergy dan yang paling mahal yakni tenaga surya.
Faktor-faktor penting untuk membangun power plan yakni dari kemampuan teknologi yang kita miliki, transparansi informasi, kesadaran, pemahaman, dan dukungan dari komunitas, keterbukaan investasi serta dukungan dari pemerintah.