Seni Storytelling, Mengapa Keterampilan Bercerita Penting Di Era Digital

Surabaya, Desember 2025 – Di dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keterampilan bercerita atau storytelling menjadi salah satu kemampuan yang memiliki peran penting. Di tengah arus informasi yang begitu cepat dan berlimpah, cerita mampu menarik perhatian, menggugah emosi, dan membangun hubungan yang lebih mendalam antara pembuat konten dengan audiens. Seni storytelling tidak hanya dibutuhkan oleh penulis atau pembicara publik, tetapi juga oleh siapa saja yang ingin menyampaikan pesan secara efektif, termasuk pemasar digital, pemimpin bisnis, maupun individu yang membangun personal branding.

Storytelling memiliki kekuatan untuk membuat pesan yang sederhana menjadi lebih bermakna. Dalam era digital, di mana orang lebih cepat merasa jenuh dengan informasi, cerita yang disampaikan dengan baik dapat menjadi pembeda yang signifikan. Pesan yang dibungkus dalam narasi cenderung lebih mudah diingat dibandingkan data yang disajikan secara kaku. Oleh karena itu, keterampilan ini menjadi investasi penting bagi siapa saja yang ingin mempengaruhi audiens di ruang digital.

1. Membangun Koneksi Emosional
   Cerita memiliki kemampuan untuk menjembatani kesenjangan antara penyampai pesan dan audiens. Dalam komunikasi digital, hubungan emosional ini menjadi nilai tambah karena membantu audiens merasa terhubung dan memahami pesan yang disampaikan. Misalnya, sebuah merek yang berbagi kisah tentang perjuangan pendirinya akan lebih menarik daripada sekadar menampilkan angka penjualan atau spesifikasi produk.

2. Membuat Pesan Lebih Mudah Diingat
   Manusia secara alami lebih mudah mengingat cerita dibandingkan data atau informasi mentah. Di era media sosial yang penuh dengan distraksi, kemampuan membuat audiens mengingat pesan adalah kunci keberhasilan komunikasi. Storytelling membantu menyusun informasi menjadi alur yang terstruktur sehingga pesan lebih melekat di benak audiens.

3. Meningkatkan Daya Tarik Konten Digital
   Konten digital yang memiliki elemen cerita cenderung lebih menarik dan memiliki tingkat interaksi lebih tinggi. Misalnya, kampanye pemasaran yang menggunakan narasi tokoh fiksi atau pengalaman nyata pelanggan sering kali menghasilkan keterlibatan audiens yang lebih besar. Cerita membuat konten tidak terasa kaku dan lebih humanis sehingga audiens merasa lebih nyaman untuk terlibat.

4. Menguatkan Identitas dan Branding
   Storytelling dapat digunakan untuk membangun citra dan nilai sebuah merek atau individu. Dengan menceritakan visi, misi, dan perjalanan yang dilalui, audiens dapat memahami karakter dan nilai yang dipegang. Ini membantu menciptakan ikatan jangka panjang antara merek dan audiens karena orang cenderung setia pada sesuatu yang mereka pahami dan rasakan kedekatannya.

5. Mendukung Strategi Komunikasi di Berbagai Platform
   Di era digital, pesan harus disampaikan melalui berbagai saluran seperti media sosial, blog, podcast, atau video. Storytelling memungkinkan pesan disampaikan secara konsisten dengan cara yang sesuai untuk setiap platform. Narasi yang baik dapat disesuaikan tanpa kehilangan inti cerita sehingga audiens dapat merasakan kesatuan pesan meskipun mengonsumsi konten di platform yang berbeda.

Keterampilan bercerita kini menjadi kemampuan yang tidak lagi opsional, melainkan kebutuhan di era digital yang kompetitif. Dengan storytelling, pesan tidak hanya sampai ke telinga audiens, tetapi juga menembus ke hati dan pikiran mereka. Di tengah lautan informasi, cerita yang autentik dan menginspirasi akan selalu memiliki tempat tersendiri, membuat penyampai pesan lebih menonjol dan relevan di mata audiens.

Penulis: Fujiyama / Foto: Pexels

Secret Link