Surabaya, September 2025 – Inovasi digital bergerak begitu cepat, sementara ketergantungan manusia pada perangkat lunak makin tak terbantahkan. Namun, muncul satu pertanyaan yang sering luput dari perhatian: apakah software yang kita bangun mampu bertahan dalam jangka panjang? Inilah yang disebut software sustainability, konsep penting yang jarang dibahas secara mendalam di bangku kuliah, tetapi sangat menentukan masa depan teknologi.
Bagi mahasiswa Informatika, memahami prinsip keberlanjutan perangkat lunak bukan sekadar soal menulis kode yang rapi. Lebih dari itu, ini adalah tentang membangun sistem yang tetap relevan, efisien, dan bertanggung jawab di masa depan.
Software sustainability atau keberlanjutan perangkat lunak adalah pendekatan merancang, mengembangkan, dan memelihara perangkat lunak agar mampu bertahan lama, mudah dikembangkan, hemat energi, serta dapat diadaptasi secara berkelanjutan.
Prinsip ini tidak hanya menekankan clean code, tetapi juga mencakup aspek teknis, sosial, etis, dan ekologis. Dengan kata lain, software yang berkelanjutan bukan hanya berjalan dengan baik, tetapi juga berdampak positif bagi pengguna dan lingkungan.
Pentingnya Mempelajari Hal Ini
Perangkat lunak hari ini ibarat infrastruktur jangka panjang. Banyak sistem medis, perbankan, hingga layanan publik bergantung pada software selama puluhan tahun. Tanpa prinsip keberlanjutan, sistem ini akan mudah usang dan rentan risiko.
Selain itu, software yang tidak efisien akan mengonsumsi energi lebih besar, mempercepat kebutuhan perangkat keras baru, dan menambah limbah elektronik. Di sisi lain, perkembangan teknologi berlangsung cepat. Sistem yang tidak didesain untuk beradaptasi akan cepat tertinggal. Dan yang sering terjadi, banyak proyek berakhir mati karena dokumentasi minim atau kode hanya bisa dipahami oleh satu orang developer. Semua ini menunjukkan pentingnya membangun software dengan prinsip sustainability sejak awal.
Keberlanjutan perangkat lunak berdiri di atas beberapa prinsip: kemudahan pemeliharaan (maintainability), kemampuan bertumbuh (scalability), portabilitas, usability yang inklusif, efisiensi energi, serta dampak sosial dan etis. Software yang berkelanjutan berarti kode mudah dipelihara, sistem dapat dijalankan lintas platform, arsitektur mendukung ekspansi, antarmuka ramah pengguna, algoritma hemat energi, dan tidak menimbulkan bias atau merugikan privasi.
4 Hal Kenapa Ini Penting Dipelajari Mahasiswa
Ada empat alasan utama. Pertama, perusahaan besar kini menilai software tidak hanya dari fungsinya, tetapi juga dari kualitas keberlanjutannya. Mahasiswa yang memahami ini akan lebih unggul di dunia kerja. Kedua, jika ingin karya tetap digunakan 5–10 tahun mendatang, software harus dirancang agar bertahan lama.
Ketiga, isu ini bukan hanya soal teknis, tetapi juga kontribusi global. Mahasiswa informatika punya peran besar dalam membangun sistem yang ramah lingkungan dan adil secara sosial. Keempat, keberlanjutan adalah kunci sukses kolaborasi tim. Lihat saja software open-source seperti Linux, VS Code, atau Python yang bertahan dan berkembang karena dokumentasi rapi dan arsitektur terbuka.
Membangun software berkelanjutan bisa dimulai dari hal sederhana: menulis clean code, memahami design pattern, menggunakan version control, menyusun dokumentasi rapi, hingga menerapkan modular architecture dengan prinsip SOLID. Selain itu, mahasiswa bisa melatih diri dengan pengujian otomatis, CI/CD, serta belajar bagaimana efisiensi algoritma berpengaruh pada konsumsi energi. Tak kalah penting, selalu ingat bahwa rekayasa perangkat lunak juga harus memperhatikan aspek etis.
Software bukan hanya proyek semesteran atau tugas akhir. Ia bagian dari infrastruktur masa depan, dan keberlanjutannya bergantung pada bagaimana kita menulis dan merancangnya sejak hari ini. Mahasiswa Informatika yang memahami software sustainability bukan hanya akan menjadi developer andal, tetapi juga engineer yang bertanggung jawab, bagi tim, pengguna, dan lingkungan.
Penulis: Fujiyama / Foto: Pexels