Surabaya, Agustus 2023 – Selama kurun waktu 3 tahun, Indonesia mengalami penurunan kebutuhan pangan dengan ditunjukkannya penurunan konsumsi energi perkapita perhari menurun dari 1952 kal pada tahun 2011 menjadi 1853 kal pada tahun 2012 dan menurun kembali menjadi 1843 kal pada tahun 2013. Pengeluaran pangan rumah tangga juga mengalami penurunan dari 51,1% pada tahun 2012 menjadi 50,6% pada tahun 2013.
Kombinasi antara penurunan konsumsi dan pengeluaran pangan ini menghasilkan status ketahanan pangan nasional yang tergolong dalam kategori kurang pangan. Ketahanan pangan, yang berhubungan dengan kemampuan masing-masing individu dalam memenuhi kebutuhan pangan, semakin kompleks dengan semakin banyaknya anggota dalam rumah tangga. Ini membuat rumah tangga menjadi fokus utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, baik secara nasional maupun di tingkat komunitas dan individu. Namun, tantangan besar yang masih dihadapi adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya memenuhi pangan secara mandiri. Untuk mendukung ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, membangun kapasitas dan kemandirian masyarakat menjadi hal yang mendesak. Maka dari itu, salah satu solusi yang diusulkan adalah praktik urban farming.
Mendesaknya pengembangan praktik urban farming ini mendorong tim pengabdian masyarakat Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTelkom Surabaya) terjun langsung ke masyarakat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di RT09 RW09, Desa Pepelegi, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur mengindikasikan kebutuhan akan praktik urban farming guna meningkatkan ketahanan pangan warga setempat.
Rizqa Amelia Zunaidi S.T. M.T. selaku ketua tim pengabdian masyarakat menjelaskan, “Dari survei dan diskusi dengan kelompok masyarakat, masalah utama yang dihadapi adalah pemanfaatan lahan yang kurang efektif terutama lahan kosong yang baru digunakan untuk menanam sayuran tertentu. Sehingga solusi yang diusulkan adalah penggunaan teknologi akuaponik. Akuaponik menggabungkan produksi sayuran dan budidaya ikan dengan memanfaatkan air dari pemeliharaan ikan untuk pertumbuhan tanaman dan sebaliknya. Meski memberikan hasil yang positif, akuaponik juga menghasilkan sampah organik yang perlu dikelola dengan baik.”
Beranggotakan 3 dosen yakni Rizqa Amelia Zunaidi S.T. M.T. (dosen Teknik Industri), Aulia Rahma Annisa S.ST., M.T. (dosen Teknik Komputer), Lora Khaula Amifia S.Pd., M.Eng (dosen Teknik Elektro) serta tiga mahasiswa: Muhamad Daffa Romadhoni, Yashmine Mela Ardianto, dan Yosefan Alfeus Bayuaji. Kegiatan kegiatan pengabdian masyarakat di RT09 RW09, Desa Pepelegi ini berfokus pada meningkatkan kompetensi masyarakat setempat melalui penggunaan teknologi akuaponik dan pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Pengelolaan sampah ini juga menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Bagaimanapun tercatat pada tahun 2020, jumlah sampah di Sidoarjo mencapai 396.476 ton, dimana mayoritas (29,87%) berasal dari sampah rumah tangga. Sampah organik dan plastik menjadi komponen utama, dan recycling rate hanya mencapai 19%. Belum optimalnya pengelolaan sampah menjadi isu strategis yang harus diatasi.
Dengan fokus pada urban farming dan pengelolaan sampah organik, masyarakat di RT09 RW09, Desa Pepelegi, berupaya menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan memberdayakan. Melalui pengabdian masyarakat dan penerapan solusi-solusi berkelanjutan, diharapkan contoh inspiratif ini dapat menular ke daerah lain dalam mengatasi tantangan serupa.
Di sisi lain, hasil dari kegiatan ini seperti tanaman dan ikan akuaponik, serta pupuk kompos, akan dijual untuk menambah pendapatan warga. Selain memberikan manfaat ekonomi, kegiatan ini juga mencerminkan peran mahasiswa dan dosen dalam mendukung pilar Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).