Surabaya, Juni 2024 – Merespons ancaman konflik teritorial yang mengintai kawasan Laut Natuna Utara (LNU), yang juga dikenal sebagai Laut Cina Selatan, tiga kampus besar di Surabaya bekerja sama untuk mengembangkan sebuah dashboard manajemen pertahanan inovatif. Sebagai salah satu kampus yang terlibat, Telkom University Surabaya terjun langsung membuat permodelan untuk Dashboard Manajemen.
Proyek dimulai dengan pencatatan kondisi pertahanan dan keamanan (hankam) di kawasan LNU, melakukan pemodelan dengan menggunakan metode sistem dinamik dan memvisualisasikan hasilnya melalui dashboard manajemen pertahanan. Dashboard monitoring ini digunakan untuk menampilkan hasil simulasi ancaman-ancaman yang ada di LNU serta kekuatan hankam yang dimiliki Indonesia. Sehingga, dari proyek ini dapat dihasilkan kebijakan-kebijakan yang sesuai.
Proyek pengabdian masyarakat dalam negeri ini melibatkan Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis & Industri (PKKBI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL). Tim pengabdian masyarakat dari tiga kampus ini di ketuai oleh Prof. Erma Suryani, Ph.D dari ITS. Sementara dari Telkom University Surabaya sendiri melibatkan tiga dosen Sistem Informasi: Berlian Rahmy Lidiawaty, S.ST., M.MT., Raulia Riski, S.Kom., M.Kom., M.M.S., Anisa Dzulkarnain, S.Kom., M.Kom. serta tiga mahasiswa: Alya Selvia Tamzila, Anisha Trie Aprilyasa, Haqiqi Pamungkas Arby Putra. Berlian selaku penanggung jawab dari Telkom University Surabaya menjelaskan dalam pembuatan dashbord simulasi ini baik dari mahasiswa dan dosen dari masing-masing pihak.
“Dalam kegiatan pengmas ini, ketiga ampus saling berkoordinasi dengan baik. Baik itu dosen ataupun mahasiswa saling berkoordinasi secara bersamaan dalam pembuatan model, simulasi, maupun pembuatan dashboardnya, karena saling berkaitan satu sama lain dalam pengembangannya.” ungkap Berlian.
Model sistem dinamik yang dikembangkan saat ini berupaya menangkap variabel-variabel kekuatan laut, sarana prasarana termasuk kekuatan armada, serta sumber daya laut yang terdapat di LNU. Model yang dikembangkan juga mencoba menangkap variabel-variabel yang mengancam hankam Indonesia seperti infrastruktur hankam, pemanfaatan sumber daya, dan postur pertahanan negara. Hasil dari simulasi pemodelan tersebut akan ditampilkan dalam bentuk dashboard yang juga berfungsi untuk memonitoring kondisi LNU secara real time. Visualisasi data ini dirancang untuk membantu pengambilan keputusan dan memberikan rekomendasi bagi stakeholder pada level strategic planning dalam lingkup hankam di Natuna Utara.
Penyelesaian proyek sejak awal hingga tahap uji coba diproyeksikan akan memakan sekitar 7 bulan hingga 1 tahun. Untuk membuat dashboard yang sesuai dengan kondisi lapangan, STTAL juga turut mengembangkan mulai dari pengumpulan data hingga pernyamaan persepsi pertahanan agar hasil simulasi sesuai dengan kondisi yang dialami di TNI AL. Pihak STTAL mengungkapkan harapannya melalui proyek ini untuk mampu melakukan analisis sistem terhadap spektrum ancaman multi dimensi.
“Melalui gagasan untuk membangun dashboard manajemen simulasi kekuatan geopolitik dan geoteknologi pertahanan Indonesia di Laut Natuna Utara, diharapkan kita mampu melakukan analisis sistem terhadap spektrum ancaman multi dimensi dan membangun peran kepemimpinan strategis di laut Natuna,” tutur komandan STTAL, Laksamana Pertama TNI Dr. Mukhlis S.T., M.M.
Terlepas dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, ada banyak pula pengabdain masyarakat lainnya yang selalu mengikut sertakan mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya langsung di lapangan. Sehingga mahasiswa tidak hanya menguasai teori namun juga mengimplementasikan langsung agar manfaatnya terasa lebih nyata di masyarakat.
Penulis: Fujiyama / Foto: Dokumentasi Public Relations